Sabtu, 21 April 2012

Swadaya Masyarakat

Ruang Kelas SDN 30 Mungguk Gelombang, Kecamatan Ketunggau Tengah, Kabupaten Sintang,  dibangun secara swadaya masyarakat. Ruang kelas berdinding kulit kayu dan berlantai tanah (foto oleh: Arpandi Merakai)

Minggu, 15 April 2012

Mengukur Lahan Karet

Staf Desa Senaning Kecil, Kecamatan Ketungau Tengah, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat mengukur luas lahan karet milik Pak Apin untuk membuat surat  pernyataan kepemilikan tanah di Dusun Sepadung (foto: Arpandi Merakai)

Senin, 09 April 2012

NGAJAT



Ngajat pada acara pernikahan Banan dan Mel, 29 Mei 2011 di Desa Gut Jaya Bakti,Kecamatan Ketungau Tengah
Oleh : Arpandi
Ngajat merupakan salah satu dari sekian banyak Adat Dayak di Ketungau, khususnya di Kecamatan Ketungau Tengah Kabupaten Sintang. Ngajat juga merupakan Adat Dayak yang mempunyai nilai seni yang cukup unik dan menarik.

Perpaduan dari bunyi gong dan gendang yang bertalu-talu, menghasilkan bunyi yang lembut dan juga menghasilkan gerakan tubuh yang sangat indah untuk di lihat.

Minggu, 01 April 2012

Menanam Padi di Sawah

Sawah milik warga Desa Mungguk Gelombang, Kecamatan Ketunggau Tengah, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat dengan latar belakang Bukit Ntawa'   

Sabtu, 03 Maret 2012

merakai dilanda banjir


Oleh : Arfandi

Banjir di Nanga Merakai 
Nanga Merakai,Kecamatan Ketungau Tengah,Kabupaten Sintang,Kal-Bar.Adalah suatu pusat kecamatan yang posisinya sangat strategis,dimana kecamatan ini terletak dipertengahan antara Kecamatan Ketungau Hulu (Senaning) dan Kecamatan Ketungau Hilir (Nanga Ketungau).

Sekarang ini hampir setiap tahun bahkan setiap bulan dilanda banjir,masalah banjir ini sangat membingungkan masyarakat terutama menyangkut masalah ekonomi.Hujan yang turun mengguyur hampir setiap hari menyebabkan keadaan semakin parah.Banjir dimana-mana,dan masyarakat tidak bisa bekerja,terutama bagi petani yang menyadap karet.

Pendidikan di Kampung Perbatasan yang memprihatinkan


Oleh: Arpandi

Sungguh memilukan bila kita memperhatikan dunia pendidikan yang ada didaerah perbatasan, dengan segala kekurangan yang ada, terpaksa mereka harus mengecam pendidikan yang ada.
Faktor bangunan sekolah yang terkadang hanya berdinding kulit kayu, tenaga-tenaga pendidikan lebih banyak honorer / GTT ketimbang yang pegawai negeri, sehingga membuat kualitas pendidikan sangat minim.
Terlebih lagi apabila kita melihat banyak anak-anak yang lulusan SD dikampung, ketika melanjutkan pendidkan ke SMP terkadang baru bisa membaca dan merangkai huruff. Sunggguh hal yang sangat memprihatinkan.